Oleh : DR. H. Sutriyantono
Khutbah Jumat di Masjid Darussalam Taman Cimanggu Bogor
02 November 2018
Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokaattuh
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ, فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Faqaalallahu ta ‘aalaa fil qur’aanil kariim :
A’uudzubillahiminasyaitoonirrojiim,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Shodaqollahul ‘azhiim
Jama’ah sholat Jum’at rohiimakumullah,
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan nikmat yang telah diberikan kepada kita, baik nikmat iman islam dan kesehatan sehingga kita dapat berkumpul pada hari ini di Masjid ini untuk melaksanakan sholat Jum’at secara berjamaah.
Solawat dan salam marilah kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW sebagai pemimpin besar umat Islam yang telah menyampaikan risalah agama Islam di dunia ini.
Jama’ah sholat Jum’at rohiimakumullah,
Pertama tama khotib sampaikan marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan hendaklah kita jangan meninggalkan dunia ini sebelum dalam keadaan berserah diri kepada Allah yaitu dalam keadaan beragama Islam sebagai muslim yang benar atau muslim sejati.
Jama’ah sholat Jum’at rohiimakumullah ,
Hari ini kita telah memasuki hari-hari di pekan terakhir dibulan Safar, dan beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Rabiul Awal atau bulan Maulud.
Pada bulan Rabiul Awal menyimpan beberapa peristiwa penting yang terkait dengan perkembangan umat Islam, antara lain peristiwa maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW, peristiwa hijrah Nabi SAW dari Makkah ke Madinah serta peristiwa wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini akan disampaikan hikmah dari ketiga peristiwa penting tersebut sbb:
1. Peristiwa penting di bulan Rabiul Awal yang pertama, yaitu maulid / kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin bulan Rabiul Awal tahun gajah atau bertepatan dengan tahun 53 sebelum Hijrah dan juga bertepatan dengan tahun 571 M.
Diantara karunia dan rahmat besar yang dilimpahkan kepada kita sebagai umat akhir zaman adalah dilahirkannya nabi Muhammad SAW yang kemudian diangkat menjadi Nabi dan Rasul.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 21 sbb :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرً
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhirat dan dia banyak menyebut asma Allah (banyak berdzikir)).
Ayat ini menjadi pedoman bahwa manusia terbaik yang semestinya diteladani adalah Rasulullah SAW, teladan yang seharusnya kita contoh, baik perilakunya, kata-katanya, serta ibadah dan akhlaknya.
Dalam ayat yang lain Allah SWT menegaskan bahwa kecintaan kepada Allah baru dikatakan benar jika seseorang meneladani Rasulullah dan mengikuti sunnahnya.
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Ali Imran : 31)
Jama’ah sholat Jum’at rohiimakumullah ,
Sebagaimana kita ketahui bahwa akhlak merupakan salah satu dasar ajaran Islam sebagai hasil penerapan aqidah dan syariah. Akhlak akan terwujud pada diri seseorang jika memiliki aqidah dan syariah yang memadai.
Nabi Muhammad SAW bersabda,
yang artinya :
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” (HR. Ahmad )
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”
(HR. Al-Bukhari dan Ahmad)
Antara akhlak dengan ‘aqidah terdapat hubungan yang sangat kuat. Karena akhlak yang baik sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman.
Rasulullah SAW adalah orang yang paling baik akhlaknya. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Qalam 4 sbb :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang tinggi / agung”
Hal ini sesuai dengan penuturan ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقاً.
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Al-Bukhari no.6203 dan Muslim no. 2150, 2310)
Jama’ah sholat Jum’at rohiimakumullah ,
Dengan memahami akhlak maka kita akan memahami apakah yang kita lakukan termasuk akhlak mulia (mahmudah) atau akhlak tercela (madzmumah).
Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan rasul-Nya.
Sendi akhlak mulia antara lain : hikmah (kebijaksanaan), amarah (yang wujudnya adalah berani), nafsu (keinginan), serta keseimbangan di antara ketiganya.
Sendi tersebut melahirkan akhlak mulia berupa jujur, sabar, pemaaf, kasih sayang, tabah, tawadlu, qana’ah, pemurah, menghormati orang lain, dlsb serta menjaga diri dari hal-hal yang haram.
Sedangkan sendi akhlak tercela antara lain : keji, bodoh, rakus, dan aniaya.
Sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa pemarah, pesimis, boros, statis, peminta, putus asa dlsb
Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ وَمَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيُبْغِضُ سِفْسَافَهَا.
“Sesungguhnya Allah Maha Pemurah menyukai kedermawanan dan akhlak yang mulia serta membenci akhlak yang tercela.” (HR. Al-Hakim).
Akhlak yang mulia dapat menambah umur dan menjadikan rumah makmur, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
…وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ وَيَزِيْدَانِ فِي اْلأَعْمَارِ.
“… Akhlak yang baik dan bertetangga yang baik keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur.”
(HR. Ahmad)
Jama’ah sholat Jum’at rohiimakumullah,
Kriteria kemuliaan akhlak merupakan cerminan dari prinsip ihsan yang mengandung dua rukun yang menjadi pangkal kebaikan, yaitu muraqabah dan muhasabah.
Rasulullah SAW menjelaskan saat menjawab pertanyaan malaikat jibril tentang ihsan, dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh malaikat jibril, dengan mengatakan,
قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ « أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ »
“Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘engkau beribadah/ sholat/ menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, apabila engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.”
(H.R. Muslim 102)
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental yaitu ibadah, muamalah, dan akhlak serta mengandung dua rukun yaitu muraqabah dan muhasabah.
Muraqabah adalah senantiasa merasa mendapatkan pengawasan dari Allah SWT. Perasaaan ini muncul dari kedekatan dengan Allah SWT yang dimanifestasikan dengan dzikir. Seseorang akan dapat meningkatkan kualitas amalnya dengan menghadirkan Allah SWT di dalam hatinya.
Muhasabah adalah upaya seseorang untuk menghitung amalnya, apakah benar-benar telah memenuhi kriteria kemuliaan atau bahkan menyimpang dan sia-sia. Apakah amalnya untuk hari ini lebih baik dari hari kemarin atau bahkan lebih jelek, sehingga ia rugi dan terjatuh dalam laknat Allah SWT. Dengan prinsip muhasabah maka perilaku seseorang, baik dan buruknya, ditentukan melalui kesesuaian dengan kriteria amal kebaikan yang harus dihitung dan ditimbang secara terus menerus.
Nabi Muhammad SAW bersabda,
yang artinya : “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. At-Tirmidzi).
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ.
“Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang akhlaknya paling baik di antara mereka, dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik kepada isteri-isterinya.”
(HR. At-Tirmidzi no. 1162 dan Ahmad no. 472).
Akhlak yang baik / mulia adalah bagian dari amal shalih yang dapat menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan yang akan menjadikan salah satu penyebab seseorang untuk dapat masuk Surga.
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ.
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka berbicara keji dan kotor.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2002 dan Ibnu Hibban no. 1920)
Ketika Nabi SAW ditanya tentang apa yang terbanyak membawa manusia masuk ke dalam surga, maka Nabi SAW menjawab :
تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ، وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ؟ فَقَالَ: اَلْفَمُ وَالْفَرْجُ.
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.”
Dan ketika ditanya tentang kebanyakan yang menyebabkan manusia masuk Neraka, maka beliau menjawab: “Lidah dan kemaluan.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2004, al-Bukhari no. 289)
Jama’ah sholat Jum’at rohiimakumullah,
Sifat – sifat dan perbuatan nabi Muhammad SAW yang sangat sempurna sebagai perwujudan insan kamil merupakan suri teladan yang baik bagi seorang mukmin.
Insan kamil yang artinya manusia sempurna, adalah seorang mukmin yang dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan, dan kebijaksanaan.
Sifat-sifat ini dalam wujudnya tergambar dalam akhlak Rasulullah SAW.
Beberapa ciri atau kriteria insan kamil yang dapat dilihat pada diri Rasulullah SAW adalah amanah, fathanah, siddiq dan tabligh sbb :
1) Amanah (dapat dipercaya), yaitu dapat memegang apa yang dipercayakan seseorang kepadanya, baik itu sesuatu yang berharga maupun sesuatu yang kita anggap kurang berharga.
2) Fathanah (cerdas), seseorang yang memiliki kepandaian dalam bidang fomal misalnya di sekolah belum tentu ia dapat cerdas dalam menjalani kehidupannya (sebagai contoh meskipun misalnya ada seorang doktor tapi belum tentu ia cerdas dalam menjalani kehidupannya). Cerdas ialah sifat yang dapat membawa seseorang dalam bergaul, bermasyarakat dan dalam menjalani kehidupannya untuk menuju yang lebih baik.
3) Siddiq (jujur), adalah kata yang sederhana dan sering dijumpai, tapi penerapannya sangat sulit di dalam bermasyarakat.
4) Tabligh (menyampaikan), yaitu menyampaikan apa yang seharusnya di dengar oleh orang lain dan berguna baginya. Sesuatu yang akan disampaikan itu pun haruslah sesuatu yang benar dan sesuai dengan kenyataan.
Sifat – sifat manusia yang sempurna (insan kamil) terdiri dari keimanan, ketaqwaan, keadaban, keilmuan, kemahiran, ketertiban, kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran, dan persaudaraan.
Untuk mencapainya dapat dilakukan dengan cara istigfar kepada Allah SWT, ikhlas, sabar, cermat, optimis, dan syukur.
Kemuliaan seseorang sangat ditentukan oleh kerja kerasnya untuk senantiasa melaksanakan kebajikan dan juga ditentukan oleh kualitas amaliahnya.
Jama’ah sholat jum’at rohiimakumullah,
Untuk membina akhlak mulia dalam habluminannas, dapat dilakukan dengan memelihara akhlak terhadap diri sendiri, akhlak dalam kehidupan keluarganya dan akhlak dalam kehidupan bermasyarakat.
Memelihara akhlak terhadap diri sendiri dapat dilakukan dengan cara :
sabar (ketika melaksanakan perintah dan sabar dalam menjauhi larangan serta sabar ketika ditimpa musibah), syukur (berterima kasih dalam ucapan dan perbuatan atas nikmat Alloh SWT), tawaduk (rendah hati), shidiq (benar atau jujur), amanah (dapat dipercaya), istiqamah (teguh dalam keimanan), iffah (memelihara kehormatan diri), dan pemaaf.
Jama’ah sholat jum’at rohiimakumullah,
2. Peristiwa di bulan Rabiul Awal yang kedua adalah peristiwa hijrah Nabi SAW dari Makkah ke Madinah.
Bulan Muharram memang ditetapkan sebagai awal perhitungan tahun Hijriyah. Akan tetapi, hijrahnya Nabi SAW sendiri tidak terjadi pada bulan Muharram, melainkan pada bulan Rabi’ul Awal.
Rasulullah berangkat hijrah ke Madinah pada bulan Shafar dan sampai di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Dalam Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Syaikh Shafiyurrahman Mubarakfuri disebutkan bahwa Beliau mulai berhijrah meninggalkan Gua Tsur malam Senin tanggal 1 Rabi’ul Awal tahun I Hijriyah (16 September 622 M). Nabi SAW sampai di Quba hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal tahun 1 H (23 September 622 M), kemudian berdiam di sana selama empat hari, yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis. Nabi SAW selanjutnya memasuki Madinah hari Jumat tanggal 12 Rabiul Awal tahun 1 H.
Jama’ah sholat Jum’at rohiimakumullah,
Mengetahui sejarah memang penting, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah mengambil hikmah dari sejarah tersebut.
Dalam QS Al-Anfal, ayat 74, Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.
Hijrah merupakan salah satu pilar utama penegakan islam setelah iman dan sebelum jihad. Di samping itu, hijrah juga syarat memperoleh perlindungan bagi seorang mukmin dari saudara-saudaranya yang lain
Menyikapi sejarah peristiwa hijrah Nabi SAW dari Makkah ke Madinah terdapat beberapa hal bermakna yang terkandung dalam peringatan peristiwa hijrah sebagai berikut :
1). Momentum terbaik untuk mengenal sejarah hidup, perjuangan dan berbagai penderitaan serta ancaman yang dihadapi nabi Muhammad SAW dalam mengemban amanah islam dan memperjuangkannya.
2). Memahami bahwa hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya itu masih berlaku dan akan tetap berlaku sampai hari kiamat nanti. Dengan demikian hijrah dijadikan sebagai solusi dalam kehidupan mukmin yang mau kembali kepada Allah dan Rasul-Nya.
3). Hijrah mengajarkan kepada kita bahwa kita membutuhkan hubungan yang kuat dengan Allah dan Rasul-Nya dalam menata kehidupan ini agar terwujud kehidupan yang islami dan terbebas dari kehidupan jahiliyah.
Sebagai contoh :
Di bulan Safar masyarakat jahiliyah meyakini bahwa bulan Safar ini sebagai bulan sial. Mereka melarang diri mereka dan anggota keluarga mereka untuk melakukan pekerjaan yang biasa mereka lakukan di bulan lainnya.
Nabi SAW membantah pandangan mereka ini dengan sabda beliau:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ (أخرجه البخاري و مسلم)
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak benar (meyakini) penyakit berpindah, tidak benar mempercayai gerak-gerik burung, tidak benar meyakini burung hantu, tidak benar anggapan bulan Safar adalah bulan sial”. [HR al-Bukhari dan Muslim].
Beliau menafikan keyakinan jahiliyah tersebut.
Allah SWT berfirman,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(QS Al-Hadid: 22).
Jama’ah sholat Jum’at rohiimakumullah ,
Islam mengajarkan kepada kita prinsip hijrah yang pada dasarnya bertujuan untuk kebaikan dunia dan akhirat kita, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai ayat dalam Al-Qur’an.
Apakah hijrah yang terkait dengan menyelamatkan keimanan dan ajaran islam dengan berpindah ke daerah lain, ataupun hijrah yang terkait dengan situasi, kondisi dan keadaan, seperti hijrah dari jahiliyah kepada islam, dari syirik dan khurafat kepada iman dan tauhid, dari kebodohan kepada ilmu, dari kemiskinan kepada kecukupan, dari kerakusan dan ketamakan kepada qana’ah (merasa puas), dari kemungkaran kepada kebaikan, dari maksiat kepada ketaatan, dari kemalasan kepada kesungguhan, dari kesombongan kepada tawadhu’ (kerendahan hati), dari egois kepada empati, dari pelit kepada pemurah dan dermawan, dari cinta dunia kepada cinta akhirat dan seterusnya.
Hijrah adalah solusi dari berbagai kondisi pahit atau buruk yang sedang dihadapi.
Jama’ah sholat jum’at rohiimakumullah,
3. Peristiwa penting di bulan Rabbiul Awal yang ketiga yaitu peristiwa wafatnya Nabi SAW.
Rasulullah SAW wafat pada hari Senin bulan Rabiul Awal, bertepatan dengan tahun 11 hijrah dan tahun 632 M.
Allah SWT menggambarkan kecintaan dan kasih sayang Rasulullah kepada umat dalam firman-Nya:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
(QS. At Taubah: 128)
Rasulullah SAW sangat menginginkan umatnya memperoleh hidayah serta kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Maka segala hal yang diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya telah beliau sampaikan. Segala hal yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka juga telah beliau sampaikan. Bahkan Rasulullah menyimpan doa terbaiknya untuk umatnya kelak di yaumul hisab agar umatnya memperoleh syafaat. Itulah bentuk-bentuk kasih sayang Rasulullah kepada umatnya.
Baarokallahu lii walakum fil quraanil ‘azdiim wa nafa ‘anii waiyyaakum bimaa fiihi minal aayaati wadzdzikril hakim wataqobbala minnii wa minkum tilaawatahu innahu huwassamii’ul ‘aliim Fastaghfiruuhu innahu huwal ghofuururrohiim
Khotbah ke dua :
Alhamdulillaahilladzii hadaa naalihaadzaa wamaakunnaa linahtadiya laulaa anhadaanallahu
Asyhaduallaailaahaillaallah wa asyhadu anna muhammadarrosuulullah
Allaahumma sholli ‘alaa muhammadin wa ‘alaa aali muhammad
Ammaa ba’du fayaa ‘ibaadallahi ittaqullaaha haqqatuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa antum muslimuun
Jama’ah sholat jum’at rohiimakumullah,
Manusia diciptakan Allah SWT bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa pertanggung jawaban. Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah.
Firman Allah SWT dalam QS Al-Mu’minun ayat 115,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Allah SWT maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar terjaga hidupnya dan agar dapat mencapai taqwa, manusia diberi kewajiban ibadah.
Antara ibadah, akhlak dan kesalehan sosial merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, terutama dalam membangun lingkungan masyarakat dan agama.
Bila masyarakat suatu wilayah taat beribadah maka akan terwujud ketenangan jiwa dan akan terbentuk akhlaq mulia. Dengan terbentuknya akhlaq mulia maka akan timbul keharmonisan antara sesama warga masyarakat dan akan terwujud lingkungan sosial yang aman dan tentram.
Segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sosial dipengaruhi oleh amalan kita, dan amal tersebut dipengaruhi oleh iman.
Bila imannya benar, maka Allah SWT akan memberikan keberkahan dan sebaliknya bila imannya rusak, amal pun ikut menjadi rusak dan tentu tidak mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila mereka tidak mau memperbaiki iman dan amalan mereka.
Firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’d ayat 11,
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
Allah SWT menciptakan manusia dan juga menciptakan keperluan manusia. Bila manusia taat kepada Allah SWT maka segala keperluannya akan datang dengan mudah.
Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-A’raf ayat 96,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jika seandainya penduduk-penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.”
Innallaaha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alaannabii yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu ‘alaihi wasallimuu tasliima
Allahumma sholi ’alaa muhammad wa ’alaa alii muhammad, kamaa sholaita ’alaa ibrohim wa ’alaa alii ibrohim, wa barik’alaa muhammad wa ’alaa alii muhammad, kamaa baarokta ’alaa ibrohim wa ’alaa alii ibrohim fil ’alaami innaka hamiidum majiid.
Allaahummaghfirlil muslimiina wal muslimaat wal mu’miniina wal mu’minaat al ahyaai minhum wal amwaat innaka samii’un qoriibummujiibudda’waat, yaa qoodhiyal haajaat.
Robbanaa auzi’ naa an asykuro ni’ matakallatii an’amta ‘alaina wa ‘alaa walidaina wa an a’mala shoolihan tardhooh wa ashlihlanaa fii dzurriyyatina inna tubtu ilaika wa inna minal muslimiin. Robbanaa zholamnaa anfusanaa waillamtaghfirlanaa watarhamnaa lanakuunanna minal khoosiriin ,
Robbanaa laatuzigh quluubanaa ba’da idzhadaitanaa wahablana milladunka rohmah, innaka antal wahhaab. Robbanaa hablanaa min azwaajinaa wadzurriyyaatinaa qurrota a’yuniwwaj ‘alnaa lil muttaqiina imaama.
Robbanaaghfirlanaa waliwaalidaina warhamhuma kamaa robbayaana shighooro.
Robbanaa aatinaa fiddun yaa hasanah wafil aahiroti hasanah waqinaa ‘adzaabannar.
‘Ibaadallah , innallaha ya’murukum bil adli wal ihsaani wa iitaa ‘idzil qurbaa wayanhaa ‘anil fahsyaaiwal munkari wal baghyi , ya’izhukum la ‘alakum tadzakkaruuna, faadzkurullahal ‘azhiima , yadzkurkum wad ‘uuhu yastajiblakum waladzikrullaahi akbar
Bogor, 02 November 2018
Ditulis oleh :
DR. H. Sutriyantono