Bahan kultum malam tarawih, tanggal 24 Ramadhan 1438 H (19 Juni 2017) di Masjid Darussalam Taman Cimanggu Kota Bogor
oleh: DR. H. Sutriyantono
Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarokaattuh
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Jama’ah sholat tarawih rohiimakumullah,
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia dan nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Solawat dan salam marilah kita sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13 Allah SWT berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Inna akromakum ‘indallohi atqookum
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu”.
Jama’ah sholat tarawih rohiimakumullah,
Terdapat kunci kebahagiaan hidup di dunia ini, dan kunci tersebut sebagai sarana dalam beribadah di bulan ramadhan ini agar kita bertaqwa.
Pertanyaannya, apakah kunci dari kebahagiaan hidup tersebut ?
Jawabannya terdapat dalam Q.S. Az Zumar ayat 10 ,
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Innamaa yuwaffashshoobiruuna ajrohum bighoiri hisaab.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Kunci kebahagiaan hidup di dunia tersebut adalah sabar.
Betapa besar pahala bagi orang yang sabar meskipun berat dalam melaksanakannya, dan Allah SWT melatih kita agar dapat bersabar dengan mensyari’atkan berpuasa di bulan ramadhan ini.
Saat berpuasa kita dilatih bersabar menahan rasa haus, lapar, lelah dan lainnya, tanpa keluh kesah.
Kita sadar bahwa rasa lapar, dan haus hanyalah sesaat dan pasti segera berlalu, demikian pula dengan segala derita dan kesusahan dunia lainnya, semua itu hanya sementara dan pasti segera berlalu.
Kita juga dilatih untuk bersabar menjalankan ketaatan kepada Allah SWT lainnya, yaitu bangun pagi untuk bersahur, mendirikan sholat tarawih, membaca Al Qur’an, sedekah dan ibadah lainnya yang dilaksanakan di bulan ramadhan ini.
Kita melakukan semua itu karena mengharapkan pahala dari Allah SWT.
Kita terapkan kesabaran dalam setiap sendi kehidupan, niscaya akan menemukan kunci bahagia hidup dunia yaitu sabar.
Sabar juga merupakan salah satu keutamaan akhlak yang dapat digunakan untuk membedakan perilaku seorang muslim.
Sebagaimana kita ketahui bahwa akhlak merupakan salah satu dasar ajaran Islam sebagai hasil penerapan aqidah dan syariah. Akhlak akan terwujud pada diri seseorang jika memiliki aqidah dan syariah yang memadai.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia” (HR. Ahmad).
Kehadiran Nabi SAW di muka bumi membawa misi untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Dengan memahami akhlak maka kita akan memahami apakah yang kita lakukan termasuk akhlak mulia (mahmudah) atau akhlak tercela (madzmumah).
Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya, sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan rasul-Nya.
Sendi akhlak mulia antara lain : hikmah (kebijaksanaan), amarah (yang wujudnya adalah berani), nafsu (keinginan), serta keseimbangan di antara ketiganya.
Sendi tersebut melahirkan akhlak mulia berupa jujur, sabar, pemaaf, kasih sayang, tabah, tawadlu, qana’ah, pemurah, menghormati orang lain, dlsb serta menjaga diri dari hal-hal yang haram.
Sedangkan sendi akhlak tercela antara lain : keji, bodoh, rakus, dan aniaya.
Sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa pemarah, pesimis, boros, statis, peminta, putus asa dlsb
Jama’ah sholat tarawih rohiimakumullah,
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 45:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Wasta ‘iinuu bishshob ri washsholaah, wa innahaa lakabiirotun illaa ‘alal khoosyi ‘iin
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.
Ayat tersebut merupakan ketentuan bagi setiap muslim untuk melaksanakan akhlak mulia dalam aktivitas kehidupannya.
Dalam bulan ramadhan ini kita juga dilatih untuk bersabar dari melakukan maksiat walaupun ada kesempatan dan tidak diketahui orang.
Walaupun tidak ada orang yang melihat namun tetap menahan diri dari makan, minum dan hal lainnya yang membatalkan puasa.
Kita menahan diri dari itu semua karena sadar bahwa makan dan minum di siang hari di bulan Ramadhan adalah haram.
Walau tidak ada orang yang melihat tapi kita sadar bahwa Allah SWT melihat dan mengetahui perbuatan kita.
Kriteria kemuliaan akhlak merupakan cerminan dari prinsip ihsan yang mengandung dua rukun yang menjadi pangkal kebaikan, yaitu muraqabah dan muhasabah.
Muraqabah adalah senantiasa merasa mendapatkan pengawasan dari Allah SWT. Perasaaan ini muncul dari kedekatan dengan Allah SWT yang dimanifestasikan dengan dzikir. Seseorang akan dapat meningkatkan kualitas amalnya dengan menghadirkan Allah SWT di dalam hatinya.
Muhasabah adalah upaya seseorang untuk menghitung amalnya, apakah benar-benar telah memenuhi kriteria kemuliaan atau bahkan menyimpang dan sia-sia. Apakah amalnya untuk hari ini lebih baik dengan hari kemarin atau bahkan lebih jelek, sehingga ia rugi dan terjatuh dalam laknat Allah SWT. Dengan prinsip muhasabah maka perilaku seseorang, baik dan buruknya, ditentukan melalui kesesuaian dengan kriteria amal kebaikan yang harus dihitung dan ditimbang secara terus menerus.
Nabi SAW bersabda: “Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. at-Tirmidzi).
Ketika Nabi SAW ditanya: “Apa yang terbanyak membawa orang masuk ke dalam surga?”
Nabi SAW menjawab: “Taqwa kepada Allah dan berakhlak baik.”(HR. At-Tirmidzi).
Jama’ah sholat tarawih rohiimakumullah,
Pada diri Rasulullah SAW itu ada satu keteladanan yang baik.
Firman Allah SWT dalam Q.S Al Ahzab ayat 21 :
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Laqod kaana lakum fii rosuulillahi uswatun khasanah
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.
Sifat – sifat dan perbuatan nabi Muhammad SAW yang sangat sempurna sebagai perwujudan insan kamil merupakan suri teladan yang baik bagi seorang mukmin.
Insan kamil yang artinya manusia sempurna, adalah seorang mukmin yang dalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, perbuatan, dan kebijaksanaan.
Sifat-sifat ini dalam wujudnya tergambar dalam akhlak Rasulullah SAW.
Beberapa ciri atau kriteria insan kamil yang dapat dilihat pada diri Rasulullah SAW adalah :
1) Amanah (dapat dipercaya), yaitu dapat memegang apa yang dipercayakan seseorang kepadanya, baik itu sesuatu yang berharga maupun sesuatu yang kita anggap kurang berharga.
2) Fathanah (cerdas), seseorang yang memiliki kepandaian dalam bidang formal misalnya di sekolah belum tentu ia dapat cerdas dalam menjalani kehidupannya.
Cerdas ialah sifat yang dapat membawa seseorang dalam bergaul, bermasyarakat dan dalam menjalani kehidupannya untuk menuju yang lebih baik.
3) Siddiq (jujur), adalah kata yang sederhana dan sering kita jumpai, tapi penerapannya sangat sulit di dalam bermasyarakat.
4) Tabligh (menyampaikan), yaitu menyampaikan apa yang seharusnya di dengar oleh orang lain dan berguna baginya. Sesuatu yang akan disampaikan itu pun haruslah sesuatu yang benar dan sesuai dengan kenyataan.
Sifat – sifat manusia yang sempurna terdiri dari keimanan, ketaqwaan, keadaban, keilmuan, kemahiran, ketertiban, kegigihan dalam kebaikan dan kebenaran, dan persaudaraan.
Untuk mencapainya dapat dilakukan dengan cara sering ber istighfar kepada Allah SWT, ikhlas, sabar, cermat, optimis, dan syukur
Sabda Rasululah SAW yang artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya”.
Moral adalah ahlak yang baik dan insan kamil yaitu manusia yang sempurna.
Sedangkan manusia tidak ada yang terlahir dengan sempurna, manusia adalah tempat segala kesalahan dan kekhilafan.
Namun kesempurnaan yang dimaksudkan bukanlah kesempurnaan yang tak pernah melakukan kesalahan sama sekali.
Tidak ada manusia yang tak pernah melakukan kesalahan, itu kodrat.
Karena itulah salah satu cara untuk mencapai moral islam dalam pembentukan insan kamil adalah dengan bertaubat dengan syarat – syaratnya dan bertaubat hanya dilakukan oleh orang yang merasa melakukan kesalahan.
Seseorang yang ingin mencapai tingkatan insan kamil harus tetap menjaga segala tingkah lakunya, agar jangan sampai keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya.
Disamping itu, seorang insan kamil juga harus menjaga diri dari kesalahan meskipun mungkin dianggap kecil dalam kehidupan sehari – hari.
Di zaman sekarang ini sangat sulit menemukan seorang insan kamil, sebagaimana kita ketahui bahwa insan kamil merupakan perwujudan dari sifat dan perbuatan Rosulullah SAW yang sangat sempurna yang tidak semua orang dapat melakukannya.
Jama’ah sholat tarawih rohiimakumullah,
Manusia diberi kemuliaan dengan bekal akalnya yang dapat mengantarnya melebihi makhluk lain, termasuk malaikat, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Isra’ ayat 70,
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Wafadhdhol naahum ‘alaa katsiirimmimman kholaqnaa taf dhiilaa.
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak adam….. dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
Selain itu terdapat kemuliaan yang dapat dicapai dan dijangkau dengan kehendak dan pilihan bebas manusia.
Manusia akan dinilai siapa yang paling baik dan berlomba-lomba untuk beramal kebajikan atau bertaqwa sebagamana telah dinyatakan dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13 seperti tersebut diatas.
Jika seseorang tidak berusaha dan mengerjakan amal kebajikan maka dapat terjatuh derajatnya sedemikian rupa menjadi lebih rendah dari binatang.
Dalam Q.S. Al-A’raf ayat 179 Allah SWT berfirman ,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Ulaa ika ka al an ‘aami balhum adholl, ulaa ika humul ghoofiluun
Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah), mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai.
Kemuliaan seseorang sangat ditentukan oleh kerja kerasnya untuk senantiasa melaksanakan kebajikan dan juga ditentukan oleh kualitas amaliahnya.
Jama’ah sholat tarawih rohiimakumullah,
Untuk membina akhlak mulia dalam habluminannas, dapat dilakukan dengan memelihara akhlak terhadap diri sendiri, akhlak dalam kehidupan keluarganya dan akhlak dalam kehidupan bermasyarakat.
Memelihara akhlak terhadap diri sendiri dapat dilakukan dengan cara :
sabar (ketika melaksanakan perintah dan sabar dalam menjauhi larangan serta sabar ketika ditimpa musibah), syukur (berterima kasih dalam ucapan dan perbuatan atas nikmat Allah SWT), tawaduk (rendah hati), shidiq (benar atau jujur), amanah (dapat dipercaya), istiqamah (teguh dalam keimanan), iffah (memelihara kehormatan diri), dan pemaaf.
Jama’ah sholat tarawih rohiimakumullah,
Allah SWT berfirman dalam QS Al-Mu’minun ayat 115,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
Afahasibtum annamaa kholaqnaakum ‘abatsan wa annakum ilainaa laaturja ‘uun
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Manusia diciptakan Allah SWT bukan sekedar untuk hidup di dunia ini kemudian mati tanpa pertanggung jawaban, manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah.
Allah SWT maha mengetahui tentang kejadian manusia, maka agar terjaga hidupnya dan agar dapat mencapai taqwa, manusia diberi kewajiban ibadah.
Antara ibadah, akhlak dan kesalehan sosial merupakan satu kesatuan, terutama dalam membangun lingkungan masyarakat dan agama.
Bila masyarakat suatu wilayah taat beribadah maka akan terbentuk akhlaq mulia, dan akan timbul keharmonisan antara warga sehingga akan terwujud lingkungan sosial yang aman dan tentram.
Segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sosial dipengaruhi oleh amalan kita, dan amal tersebut dipengaruhi oleh iman.
Bila imannya benar, maka Allah SWT akan memberikan keberkahan dan bila manusia taat kepada Allah SWT maka segala keperluannya akan datang dengan mudah.
Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-A’raf ayat 96,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Walau anna ahlal quroo aamanuu wattaqou lafatahnaa ‘alaihim barokaatimminassamaa iwal ardh.
“Jika seandainya penduduk-penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.”
Kita tutup kultum pada kesempatan ini dengan HR. Muslim :
Manshooma romadhoona imaanan wahtishaaban ghufirollahu maa taaqoddamma mindzambih
(Barang siapa melaksanakan puasa Romadhan dengan iman dan mengharap ridhlo Allah SWT maka akan diampuni dosa2nya yang telah lalu)
Baarokallahu lii walakum fil quraanil ‘azdiim wa nafa ‘anii waiyyaakum bimaa fiihi minal aayaati wadzdzikril hakim wataqobbala minnii wa minkum tilaawatahu innahu huwassamii’ul ‘aliim Fastaghfiruuhu innahu huwal ghofuururrohiim
Demikian kultum yang dapat kami sampaikan semoga ada manfaatnya, terimakasih atas perhatiannya , mohon maaf atas segala kekurangan,
billahi taufik wal hidayah,
wassalamu ’alaikum wr. wb.
Bogor, 19 Juni 2017
Ditulis oleh :
DR. H. Sutriyantono